Kisah Nyeleneh Penerbang-penerbang Jepang
Salah seorang pilot tempur Jepang dalam perang dunia ke dua (PD II) bernama Hiroyishi Nishizawa. Bahkan dalam beberapa catatan sejarah dialah yang termahsyur diantara para "Ace" negeri matahari terbit itu. "Ace" adalah penerbang tempur jagoan dalam artian banyak menimbulkan korban pada pihak lawan saat itu. Nishizawa mencatatkan rekor 112 kills atau seratus dua belas pesawat musuh telah ditembak jatuh olehnya. Jumlah yang tidak sedikit. Mendengar jumlah ini orang bisa merasa kagum akan kemampuan terbang sang pilot tapi juga membuat bulu kuduk bergidik dibuatnya, mengingat jumlah korban tewas yang dicatatkannya tidak sedikit.
Hiroyishi Nishizawa
Perang memang selalu menimbulkan gambaran yang mengerikan. Tetapi ternyata, ada juga senyum-senyum kecil yang bisa ditimbulkan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perang itu sendiri. Kembali pada kisah Hiroyishi Nishizawa misalnya. Kejadian uniknya berkisar pada tahun 1942. Nishizawa terbang bersama "Ace' Jepang lainnya; Saburo Sakai yang namanya dikenal dunia selain kemampuan terbangnya dia juga piawai menuliskan pengalaman-pengalaman dan biografi, bersama itu beserta pula Toshio Ota.
Toshio Ota
Saburo Sakai
Ketika itu mereka terbang ke arah pangkalan udara USA yang pada waktu itu merupakan musuh Jepang. Port Moresby. Mereka terbang dengan susunan formasi yang rapat. Entah mengapa saat itu ketiga pahlawan udara Jepang ini tidak satupun menembakkan peluru ke arah pangkalan militer Amerika tersebut. Dan juga sebaliknya, dari pihak musuh mereka tidak satupun terdengar dentuman misil penangkis udara mereka serta tak satupun pesawat Amerika berusaha mengejar untuk mengusir pilot-pilot Jepang tersebut.
Ketiga Pilot tersebut dengan gagah dan santainya berakrobatik di atas pangkalan udara lawannya. Mereka melakukan gaya "loop" akrobatik udara sebanyak tiga kali. "loop" merupakan gerakan akrobatik udara yang membentuk lingkaran dengan menjungkir balikkan pesawat seperti bentuk roda mobil yang sedang berjalan. Dan mereka terbang hanya 6000 kaki dari tanah. Setelah kembali kepangkalan udara mereka sendiri, mereka tertawa terbahak-bahak. Seakan-akan apa yang telah mereka lakukan merupakan suatu lelucon yang tidak berbahaya. Tentu saja mereka membayangkan bagaimana dongkolnya wajah-wajah pasukan Amerika menyaksikan aksi mereka. Dan mereka menyepakati agar hal tersebut menjadi rahasia lucu mereka.
Namun tanpa disadari sebuah pesawat militer Amerika ternyata membuntuti mereka dari belakang dan menjatuhkan surat di atas pangkalan mereka. Tidak lama setelah itu mereka dipanggil oleh komandan mereka dan ketiganya ditegur habis-habisan. Ternyata sang komandan telah menerima sepucuk surat yang dijatuhkan di atas pangkalan Lae itu. Begini isi surat tersebut:
"Kami sangat terkesan oleh ketiga penerbang yang mengunjungi kami hari ini dan kami kagum pada loop yang mereka buat di atas pangkalan kami. Kami akan sangat menghargai mereka jika penerbang-penerbang itu sudi datang sekali lagi. Selanjutnya kami sangat menyesal tidak membuat persiapan yang lebih dalam kunjungan mereka tadi. Tetapi lain kali mereka akan menerima penyambutan yang lebih meriah."
Memang kedengarannya seperti main-main saja tetapi hal ini benar-benar telah terjadi dalam perang dunia ke dua yang di kisahkan oleh Martin Caidi, seorang penulis dunia penerbangan terkemuka dalam bukunya "Zero Fighter".
Kisah Penerbang-penerbang Inggris dan Jerman di PD II
Sebuah kisah lagi yang sempat dicatatkan oleh sejarah yaitu pertempuran antara pasukan koalisi melawan Jerman. Pada awal Perang satu skuadron pesawat fighter Inggris ditempatkan di Perancis untuk ikut menahan infasi Jerman. Saat itu tahun 1942 bertemulah Hurricane Inggris dan Dornier 17 milik Jerman.
Dornier 17
Pada suatu saat sebuah Dornier diburu oleh peluru-peluru Hurricane yang diterbangkan oleh Pussy Palmer. Akibatnya salah satu motor Dornier yang bermotor ganda itu terbakar. Navigator dan penembak diposisi ekor meloncat keluar menggunakan parasut. Pesawat yang sial itu kelihatan mulai melayang kehilangan tenaga. Pussy Palmer sang pilot Hurricane menjajarkan pesawatnya disamping pesawat yang limbung itu untuk melihat, apakah sang pilot Jerman itu tewas. Pussy melihat sang pilot tidak bergerak dan kelihatan lumpuh dan yakin bahwa pilot tersebut telah tewas terkena peluru dari Hurricane miliknya.
Hurricane
Pussy Palmer kemudian beralih untuk mengejar pesawat lainnya, namun dengan sekejap Dornier 17 itu kembali sigap dan berbalik memburu pesawat yang ditumpangi Pussy Palmer dan melepaskan tembakan ke arahnya. Terpaksa Pussy harus mendaratkan pesawatnya secara darurat dengan roda yang masih berada di dalam badan pesawat. Pussy ternyata lengah dan telah dikelabui oleh sang pilot Dornier.
Setelah dihitungnya pesawat Pussy telah dihadiahi 34 lubang peluru. Untungnya dia selamat, Dornier 17 itu kemudian dikejar oleh dua pesawat pendamping Pussy dan diberondong peluru hingga jatuh. Sang Pilot Dornier 17 juga selamat tanpa luka sedikitpun sungguh ajaib memang. Hal inilah yang membuat pilot-pilot inggris kagum dan merasa hormat pada kepiawaian pilot Jerman tersebut, entah karena campur tangan Tuhan atau pilot Jerman ini memang piawai menerbangkan Dornier 17 miliknya.
Lalu apa yang lahir dari rasa hormat kepada musuh ini? Arno nama penerbang Jerman itu kemudian diundang makan malam bersama oleh skuadron Inggris musuhnya tersebut. Dengan bersusah payah karena tidak diizinkan oleh pihak Perancis yang menawannya Arno dijemput dengan pengawalan ketat pihak Perancis. Ia dibawa ke tempat pesta kecil-kecilan itu. Sebelumnya, semua souvenir yang berhasil diambil dari pesawat-pesawat musuh yang telah dihancurkan disingkirkan dari ruangan pesta. Semua plakat-plakat yang membayangkan permusuhan dan dapat menimbulkan rasa sakit hati pada musuh sudah disimpan rapi. Musik mengalun, makanan dan minuman diedarkan. Tamu kehormatan justru musuh yang dibebaskan pula bercengkrama.
William (Pussy) Palmer Mellen (1902-1953)
Ia juga dikenalkan kepada Pussy Palmer, keduanya malah asyik bercengkrama walaupun dibantu oleh seorang penerjemah. Bila dibayangkan bagaimana mereka saling tembak-menembak diudara hal ini merupakan hal yang tidak lazim apalagi perang antara pasukan koalisi dan Jerman sedang hangat-hangatnya saat itu.
Memang sangat sukar untuk dimengerti, justru karena kisah ini benar-benar terjadi seperti diceritakan oleh "Ace" Inggris Paul Richey dalam bukunya "Fighter Pilot". Sekalipun demikian kisah-kisah kecil ini tentusaja tidak akan menghilangkan kenyataan betapa kejamnya perang. Dan kisah ini mengingatkan kita bahwa manusia tetap saja manusia.